Perjalanan dan Pemikiran Raditya Dika
Radit sukses menjadi penulis
dengan keluar dari arus utama (mainstream).
Ia tampil dengan genre baru yang segar. Yang membuat ia berbeda dari penulis lain
adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setap bukunya. Dari
buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang. Bagi
Radith, ini adalah selling point-nya.
Menurutnya, sebagai penulis tetap
harus memiliki inovasi. Sebenarnya, pada bulan-bulan pertama, buku pertamanya
tidak terlalu laku. Ini, menurut Radith, adalah risiko masuk
dalam genre baru.
Radith kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola. Selain itu ia juga
gencar promosi dari mulut ke mulut (word of mouth). Radith
meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke
Radith. Jadilah ini sebuah strategi pemasaran yang
bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya. Menurut
Radith, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai. Kemudian,
pemasaran diserahkan kepada penerbit.
Sebaliknya, penulis seharusnya
juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman.
Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus
bisa laku di pasaran. Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang
komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang pelu
dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.
Menjadi penulis sukses bukan
berarti tidak ada hambatan. Menurut Radith, hambatan bukan hanya dari industri
buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal. Artinya, lawan dari
industri buku bisa jadi bukan industri buku lain tapi industri lain yang
sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment),
makanan, dan lain-lain. Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang
50.000 rupiah,
belum tentu ia akan membelanjakannya untuk buku. Bisa jadi uang itu digunakan
untuk menonton film di bioskop atau
membeli makanan cepat saji. Dan yang jelas, buku bukan
pilihan utama.
Bagi Radith hal ini memang sudah
lazim. Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak kreatif.
Baginya, kompetisi yang
ada adalah kunci untuk berinovasi. Tekanan kompetitor bisa
menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.Radith kini meneruskan studinya
di Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik di Universitas Indonesia.
Selain itu, kini ia
berkarier di penerbit buku Bukune,Radith bertindak
sebagai direktur juga sebagai direktur dan pemimpin redaksi. Tepat pada hari
ulang tahunnya Raditya merayakannya bersama ratusan penggemarnya RDL (Raditya
Dika Lovers) di Taman Mini Indonesia Indah.
Berkat adanya Raditya Dika, komedi
tunggal Indonesia tidak lagi kuno. Ia memiliki prinsip bahwa
Komedi itu sebagian dari hidupnya. Karena komedi bisa membawa karirnya ke
jenjang yang lebih baik.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Raditya_Dika
dila.14 (^_^/:)