CINTA SEJATI TOMI
Tomi
adalah mahasiswa baru di salah satu universitas swasta di kota tempat dia
tinggal. Di kota itu
dia hanya tinggal dengan seorang sahabatnya dari kecil, orang tua Tomi ada di
kota lain. Tomi di Jakarta hanya untuk belajar dan pulang mendapatkan gelar Sarjana Hukum untuk membanggakan orang tuanya. Hanya itu tujuannya
datang dan tinggal di Jakarta muali SMP sampai sekarang dia Kuliah. Dari SMP
sampai SMA Tomi tidak pernah terdengar mendekati cewek, dia hanya sibuk belajar,
belajar dan belajar.
Sampai sahabatnya
Raka jadi bingung dibuatnya dan bertanya-tanya apakah sahabat aku ini normal?
Di
kampus. Tomi sedang duduk-duduk di kursi taman kampus sambil membaca buku, tomi
memang senang membaca tetapi dia tidak terlihat kutu buku atau katro, dia tetap
keren dan terlihat smart.
Sambil membaca Tomi sesekali melihat ke sekumpulan cewek-cewek, tidak tahu
kenapa Tomi seakan terpaku dengan salah satu cewe diantara lima cewek ditaman
itu yang sedang bercanda gurau. Tomi tidak seperti biasanya, karena Raka pernah
memperkenalkan beberapa teman cewek Raka ke Tomi, tapi Tomi menanggapinya
dengan sangat
dingin dan tidak ada respon yang begitu berarti untuk cewek itu.
“Ayo....kamu
lagi melihat apaan coba???” suara Raka mengagetkan Tomi
Tomi
tidak mengaku, tapi setelah Raka mencoba menggali-gali perasaan Tomi, akhirnya
Tomi menceritakan tentang cewe yang dia lihat barusan dan berniat untuk
berkenalan dengan cewek itu. Raka sedikit kaget mendengar permintaan sahabatnya
itu, tetapi soal seperti itu raka jagonya, tidak susah baginya untuk mencari
tahu nama atau apapun tentang
cewek itu apalagi hanya berkenalan.
Sudah
berhari-hari Tomi selalu terbayang cewek itu tapi dia juga belum tahu siapa
nama dan sebenarnya siapa dia.
“Tomi,
aku sudah tahu nama dia siapa, kelas mana, umurnya dan pokoknya semua tentang
si cewek yang membuat kamu berpaling dari buku-buku kamu itu” kata Raka
“hmmm”
Tomi hanya tersenyum dengan perasaan tidak sabar
“Ok.
Dengar baik-baik. Namanya Mawar, dia seangkatan dengan kita, umurnya 18 tahun,
tinggalnya di permuahan dosen, ayahnya dosen disini, ibunya pegawai biasa, dia
anak ke dua dari empat bersaudara, dan yang paling penting dia belum punya
pacar. Selesai” panjang lebarnya Raka
“Thanks yah Sob, kamu memang is the best
deh”
“Kalau
ada maunya saja I’m the best. Tapi ada lagi....” dengan suara sedikit kecewa
“Apa???”
Tomi kaget mendengar nada suara Raka seperti itu
“Mawar
itu.... sudah mau ketemu sama kamu, aku sudah suruh dia datang ke cafe dekat
kampus malam ini jam 7”
“Apa?
Dia mau? Terus aku harus bagaimana?”
Raka
menjelaskan semua yang harus dilakukan Tomi dan mendandani Tomi dengan sekeren mungkin, tapi didandani
dengan bagaimana juga tetap saja Tomi asli, tidak didandani juga sudah ok punya.
Raka berpesan jangan nyatain perasaannya dulu, karena kalian belum kenal, nanti
Mawar bisa illfill sama kamu.
Pertemuan
pertama dengan Mawar bagi Tomi sangatlah indah, Mawar adalah sosok cewek yang
asyik dan baik dan juga tidak bosan mengajaknya bercerita apa saja, selalu saja
nyambung. Dan akhirnya Tomi dan Mawar
berteman, apalagi Mawar mengambil jurusan yang sama dengan Tomi hukum,
jadi banyak alasan
yang bisa Tomi pakai untuk bertemu dengan Mawar.
Empat
semester berlalu,
artinya mereka sudah kenal dua tahun. Tomi sudah tidak sabar menyatakan
perasaanya ke Mawar. Tapi Tomi selalu membatalkan niatnya karena takut, Tomi
bukan takut ditolak Mawar tetapi dia takut kalau-kalau Mawar marah dengannya
karena perasaan yang telah Tomi sembunyikan dua tahun belakangan ini.
Malam
minggu, Tomi mengajak Mawar keluar untuk jalan, Mawar tidak memiliki firasat apa-apa karena
mereka memang sering jalan berdua sampai-sampai seluruh kampus tahunya mereka
sudah jadin saat semester pertama. Malam itu Tomi mengumpulkan seluruh
keberaniannya untuk menyatakan perasaanya ke Mawar. Tomi memulai penembakannya
dengan seuntai kata-kata yang manis yang bisa membuat semua cewek akan langsung
menerimanya, Tomi romantis
dan dewasa sekali malam itu, Tomi mengutarakan isi hatinya dengan sangat
berwibawa dan penuh dengan sayang. Setangkai bunga mawar putih yang
melambangkan perasaanya ke Mawar menjadi saksi bisu di atas meja itu. Ternyata
semua yang dilakukan Tomi sangat sia-sia saja, Mawar lebih memilihnya untuk
menjadikan Tomi sahabatnya, tidak dapat lagi diutarakan bagaimana perasaan Tomi
saat itu, hancur lebur bahkan mungkin akan mati, perasaan sayang selama dua
tahun yang dia simpan baik-baik untuk Mawar kini terhempas dan terjatuh
karena penolakan Mawar. Malam itu Mawar hanya berkata
“Aku
tidak bisa. Lagi pula
aku sudah menganggapmu sebagai sahabat aku. Aku tidak pernah mendapatkan
sahabat sebaik kamu. Aku tidak ingin kehilangan sahabat yang begitu baik
seperti dirimu” kata-kata Mawar mengahancurkan hati Tomi.
Sejak
malam itu Mawar menghindar dari Tomi, dia tidak ingin lagi bertemu dengan Tomi.
Sikap Mawar terhadap Tomi yang seperti
itu sampai
penyusunan skripsi dan juga wisudah. Selama 2 tahun itu Tomi beberapa kali
mencoba lagi menyatakan perasaannya ke Mawar tapi jawaban Mawar selalu sama,
tapi Tomi mencari jawaban yang lain. Tomi ingin tahu apakah memang Mawar tidak
mencintainya seperti dia mencinta Mawar.
Suatu
hari, ketika Tomi
melihat Mawar sedang menggandeng tangan seorang pria, setelah Tomi telusuru dibantu Raka, nama cowok itu adalah
Andrian, dia senior mereka dan juga calon Dokter muda. Dan lebih menyakitkan
bagi Tomi, Andrian adalah tunangan Mawar. Hancur bekeping-kepinglah
hati Tomi tapi dia tidak sedikitpun mengurungkan niatnya untuk menghancurkan
hati dan cintanya yang dulu
tersusun rapi untuk Mawar. Dia tidak akan menyerah sebelum ada ikatan
pernikahan yang mengikat Mawar.
Satu
tahun kemudian Tomi telah menjadi pengacara muda, tetapi tidak seperti karirnya
yang begitu menanjak, kisah cintanya begitu tragis dan menyakitkan.
Sore
itu di mall tidak sengaja Tomi bertemu dengan Mawar yang sedang jalan seorang
diri, Tomi sedikit kebingungan
dan heran kenapa Mawar jalan sendiri, dimana tunangannya,
kalau aku jadi
tunangan Mawar tidak akan aku biarkan dia jalan di tempat ramai seperti ini
sendirian terlihat sedih dan kesepian. Ucap Tomi dalam hati.
Tomi
menghampiri Mawar. Mereka pun terlihat akrab dan melupakan kejadian yang sudah
lalu. Mawar menceritakan semuanya tentang hubungannya dengan Andrian yang
kandas karena ternyata Andrian harus melanjutkan studinya ke luar negeri dan
Andrian memutuskan untuk membatalkan pertunangan mereka. Tomi jadi ikut sedih
mendengarnya tapi juga senang karena dia memiliki peluang yang besar untuk
menaklukan hati Mawar.
Pertemuan
yang kebetulan itu membuat persahabatan mereka menjadi kembali
baik.
Dua
bulan kemudian, Tomi mengutarakan isi hatinya lagi pada Mawar, entah untuk
keberapa kalinya Tomi mengutarakan perasaannya terhadap Mawar, tetapi ada
keyakinan yang timbul di hati Tomi
kalau sebenarnya Mawar juga mencintainya.
“Mawar,
aku tahu ini mungkin sudah kesekian kalinya, aku berkata seperti ini. Aku mohon
kamu
jangan bosan karena aku sendiri tidak akan pernah bosan sebelum aku
mendapat kepastian dari kamu. Kamu tahu
kamu itu menggantung perasaanku sudah sangat lama, aku sudah hampir mati
karenanya”
“Tomi,
aku...”
“Mawar,
aku mohon kamu fikirkan baik-baik dan tanyakan pada hatimu. Kamu jangan
membongi perasaan kamu. Apa kamu tidak kasihan melihat aku menanti kamu selama
6 tahun. Dan selama itu kamu menggantungkan perasaan aku”
“Tapi…..”
“Aku mohon…… jangan bohongi aku lagi?”
Sebelumnya, Mawar menghela nafas panjang dan kemudian
berkata,
“Baikklah
Tomi, kita coba”
“Apa?
Kamu serius? Kamu tidak bercandakan? Kamu tidak sedang mempermainkan perasaan aku kan?”
“Tidak.
Tapi kalau kamu memang tidak mau, tidak usah”
“Bukan
bukan bukan, bukan
itu, aku hanya kaget mendengar jawaban kamu”
“Kalau
kamu memang tidak mau, tidak usah
dipaksakan”
“Bukan,
aku hanya kaget mendengar jawaban yang selama ini aku nanti. Aku sangat senang.
Mawar aku janji aku akan membahagiakan kamu dan tidak akan menyakiti kamu”
“Iya”
Mulai
saat itu Tomi dan Mawar menjalani harinya dengan indah. Tomi sangat bersyukur
karena cinta yang dia yakini akhirnya berlabu ditempat yang dia harapkan.Mawar.