2 UNTUK 6
Semua yang kulakukan saat ini
adalah hanya mengikuti kata hatiku saja, tidak lebih dari itu. Sampai-sampai
aku tidak sadar akan dampak dan akibat dari perbuatanku. Aku tidak menganggap
ini sebagai suatu kesalahan karena memang ini bukan suatu kesalahan yang harus
dipersalahkan melihat aku tidak berbuat kriminalitas pada seseorang. Aku hanya
sedang jatuh cinta.
Perkenalan pertamaku dengan dia
bisa dibilang sedikit aneh dan tidak biasa, perkenalanku dimulai saat dia
mengerjaiku ditephon dan dia berpura-pura menjadi pengagum rahasiaku, saat itu
aku tidak menghiraukannya, tapi lama kelamaan aku juga capek dihantui oleh
bayang-bayang tephon dan sms-smsnya, jadi waktu itu aku mencoba mencari tahu,
siapa dirinya gerangan. Akhirnya semua informasi telah aku dapat, dan aku
menemukan dan mengetahui sosok cowok itu. Namanya Dhyka. Semenjak aku tahu
siapa dia, yang mana dia, bagaimana dia, kami jadi semakin akrab dan sering
bercanda gurau, walaupun semuanya hanya lewat telphon saja tapi sangat
mengasyikkan.
Sebulan telah berlalu, pertemanan
yang kami jalin semakin hari semakin akrab saja, walau aku tahu kalau dia
sekarang tidak lagi sendiri, dia sudah punya pacar disampingnya. Aku tidak
pernah berniat untuk merebut dia dari pacarnya, aku hanya ingin berteman dengan
Dhyka. Aku tidak pernah dan tidak berniat bertanya tentang hubungan dia dengan
pacarnya karena menurutku itu kehidupan pribadinya yang tidak pantas untuk
dibawa keperbincangan kami.
Malam itu, tiba-tiba Dhyka
menelphon kalau dia baru saja putus dengan pacarnya, sontak aku sangat kaget
mendengarnya tapi ada keanehan yang aku rasakan, hatiku tersenyum kecil tapi
aku mencoba menepis senyum itu karena Dhyka sedang sedih. Aku mencoba menghibur
dia dengan caraku dan memberikannya semangat akan hatinya yang baru saja hancur
karena seorang cewek yang sama sekali tidak aku kenal. Aku fikir dengan aku
memberikan dia saran atau semangat, kesedihannya bisa terobati tapi ternyata
aku salah, dia malah semakin sedih dan akhirnya menutup telphon. Aku kaget
mengapa Dhyka sebegitu sedihnya sampai-sampai menutup telphonku begitu saja.
Semingu berlalu, tidak ada kabar
dari Dhyka, aku khawatir padanya. Handphonnya tidak pernah aktif.
Seminggu setelah penantianku pada
Dhyka. Akhirnya dia menelphon dan meminta maaf atas perlakuannya dua minggu
yang lalu padaku, aku mencoba mengerti. Dan tiba-tiba saja dia memintaku untuk
menjadi pacarnya,katanya begini “Kamu mau tidak jadi pacarku, karena kamu
adalah satu-satunya cewek yang mengerti, memahami dan perhatian sama aku.
Bagaimana??” Aku kaget dan sedikit perasaan aneh yaitu ‘Senang’. Dan akhirnya
kami jadian, tepat dibulan kelahiranku April.
Hari-hari setelah jadian dengan
Dhyka sangat manis, walaupun aku belum juga bertemu dengannya lagi, setelah aku
pindah sekolah. Setiap pagi, siang, sore, malam dia selalu mengirim kabar dan
menanyakan kabarku, mengingatkan aku untuk sholat, membangunkan aku dan lain-lain
yang membuat aku jatuh hati padanya.
Dua bulan berlalu, aku belum juga
bertemu dengannya, aku sering mengajaknya ketemuan tapi selalu saja ada alasan
yang dia buat agar tidak bertemu denganku, mungkin aku terlihat sedikit agresif
karena aku yang selalu ingin bertemu dengannya. Tapi apakah ini salah, aku
hanya ingin bertemu dengan pacarku saja. Tapi kenapa begitu susahnya, mengapa
orang lain bisa bertemu dengan sebegitu gampangnya sedangkan aku tidak.
Aku menyampaikan keinginanku untuk
bertemu dengannya di salah satu pusat perbelanjaan, dan untung saja dia mau.
Pertemuan pertama dengan Dhyka setelah jadian begitu sangat singkat. Kami baru
bertemu sekali ini, tapi kami sudah melewati banyak masalah, mulai dari masalah
aku pernah mendengar dan mendapat kabar kalau dia ternyata punya cewek lain
selain aku, aku sempat marah dengannya samapi tidak mengangkat telphon dan
mebalas smsnya tapi rasa sayangku mengalahkan semuanya, aku meminta
penjelasannya dan dia mengaku tidak mempunyai pacar selain aku dan dia bilang
dia sangat sayang denganku. Pernah juga, Dhyka cemburu karena aku pernah
nge-fans dengan teman sebandnya, dia cemburu dan mengiraku suka padanya, dia
pernah hampir mengalah dan ingin nyomblangin aku dengan temannya itu, tapi aku
menolak karena aku menghargainya sebagai pacarku.
Bertemu dengannya seperti suatu
anugrah dan keberuntungan, tidak banyak hal yang kami cerita tapi aku sempat
melihat foto-foto yang ada di
handphonnya, ada bayak foto cewek disitu, aku sedikit cemburu tapi
langsung aku hilangkan perasaan itu, karena aku tahu kalau dia tidak akan menghianati
cinta yang aku berikan padanya.
***
Di dalam kamar, aku melamun sendirian,
tiba-tiba aku mendapat kabar dari dhyka kalau dia baru saja diswiping atau ditahan polisi karena tadi
waktu bertemu denganku dia lupa menggunakan helm. Aku merasa bersalah dan
kasian dengannya, apalagi pasti dia tidak punya uang untuk menebus stnk yang
disita oleh polisi, dia juga bilang kalau dia pastinya akan dapat marah dan
pukulan oleh omnya, karena omnyalah yang punya motor yang dia pakai itu. Aku
merasa bersalah juga atas musibah yang menimpa Dhyka tapi apa yang bisa aku
katakan padanya. Aku menyarankan Dhyka untuk memberitahukan kejadian itu pada
orang tuanya agar orang tuanya yang bisa menggantikan dan mengurus semuanya,
tapi Dhyka malah menolak usul aku itu, dia tidak ingin membebani orang tuanya
karena hal yang dia perbuat, apalagi kata Dhyka orang tuanya tidak mungkin
memiliki banyak uang untuk membayar uang sita polisi bahkan orangtuanya bisa
saja ikut memarahi Dhyka.
Pertemuan itu seakan obat pil yang
tidak ada gantinya, aku memang sangat mengharapkan pertemuan itu, tapi jangan
bilang kalau aku adalah cewek yang agresif, tidak, aku hanya ingin menunjukkan
bagaimana harus bersikap kepada pacar kita sendiri.
Hariku berjalan seperti biasanya,
penuh tawa, senyum, kadang sedih, marah, jengkel dan juga tidak karuan. Sempat
aku berfikir untuk putus dengan Dhyka karena dia terlalu cemburuan dan dia
melarang aku bergaul dengan sahabat aku sendiri, kata dia, sahabat-sahabat aku
itu akan membawa dampak buruk tapi aku tidak pernah merasa seperti itu, mereka
baik dan pastinya aku juga harus baik. Aku tidak mungkin menjauhi sahabat aku
sendiri hanya karena seorang Dhyka, lagipula Dhyka belum ada, aku sudah akrab
dengan mereka.
***
Tahun ini Dhyka akan tamat sekolah,
tepatnya minggu ini adalah hari perpisahan sekolahnya dan Dhyka meminta aku
datang ke sekolahnya yang juga mantan sekolahku, aku datang dan Dhyka
menjemputku. Selain bertemu dengan Dhyka aku juga datang untuk bertemu dengan
sahabat-sahabat aku.
Sampai di depan sekolah aku
langsung minta turun oleh Dhyka, karena aku ingin bertemu dengan sahabat-sahabat
dan juga teman-teman aku, mereka semua sudah ingin pulang. Aku datang memang
terlambat karena ada ulangan juga di sekolah. Aku tidak sadar telah mengacuhkan
Dhyka, itu semua karena aku terlalu asyik dengan teman dan sahabatku. Tiba-tiba
Dhyka pergi dan aku meng-ia-kan, aku tidak berfikir panjang lagi karena terlalu
senangnya bertemu dengan mereka lagi.
Fifi dan Nana, sahabatku mengajak
aku ke rumah temannya untuk acara makan mangga, aku fikir tidak ada salahnya,
aku beritahu Dhyka tapi dia malah marah dan bilang “Kenapa tadi sikap kamu
seperti itu, sebenarnya aku maunya hanya ada kita, dan kita bisa cerita dan
bicara berdua saja. Aku kecewa sama kamu” aku sentak kaget mendengar Dhyka berkata seperti itu, aku mencoba
menghubunginya dan memintanya datang ke rumah teman Nana itu, tetapi dia
menolak dan tidak mau mengangkat telphon dariku.
Pertemuan keduaku dengan Dhyka
ternyata tidak semanis yang aku bayangkan, tapi aku fikir nanti pertemuan
berikutnya aku akan memperbaikinya dan tidak mengacuhkan dia lagi. Aku janji
itu.
***
Dhyka marah padaku, sudah seminggu
ini tidak ada kabar darinya, aku sms dia tapi tidak dibalas kadang-kadang
hp-nya juga tidak aktif.
5 bulanberlalu, tidak terasa aku
sudah 5 bulan jalan dengan Dhyka, tapi
apakah aku pernah mempermasalahkan hubungan jarak jauh ini, tidak. Aku selalu
mencoba mengerti tapi satu hal yang tidak aku mengerti kenapa Dhyka tidak
pernah mengajak aku untuk bertemu, apakah memang dia beraninya hanya ditephon
saja. Aku tida tahu. Tapi sudah 3 minggu ini aku memikirkan sikap dan sifat
Dhyka, kemarin-kemarin aku memang tidak memperdulikan atau memikirkan hal
tersebut karena aku terlalu sayang, tapi kali ini pertanyaan-pertanyaan itu
menyelinap dihatiku sampai suatu ketika, Dhyka mengirim sms untukkku yang isinya
“Kamu darimana saja, kenapa kamu tidak pernah kasi kabar, hp kamu tidak aktif
dan aku sms tidak dibalas” saat itu aku memang tengah ada di rumah nenekku yang
letaknya pedalaman dan tidak ada sinyal, aku balas smsnya, aku bilang “Dhyka,
bisa tidak kamu mengerti aku sedikit saja” dan dia balas “Tidak tahu, aku
fikir-fikir dulu yah!?” kata-kata itu sama sekali tidak aku harapkan, aku
merasa kalau Dhyka selama ini memang tidak pernah bisa mengerti dan dia hanya
mempermainkan aku, apa coba maksud dari kata-kata “Aku fikir-fikir dulu” itu
berarti dia memang tidak sungguh-sungguh ingin mengerti aku, padahal aku tidak
pernah minta sesuatu kecuali pengertian.
Akhirnya aku minta putus dengannya,
dia sempat kaget dengan keputusanku apalagi aku tidak mempebrikan alasan yang jelas kenapa aku ingin menyudahi
hubunganini, tapi yang jelas aku sudah tidak ingin bersama dengannya lagi,
karena aku sudah tahu bagaimana sebenarnya perasaan dia terhadapku, itu semua karena
sms terakhirnya. Aku juga tidak mengerti, kenapa aku harus mempertahankan hubungan jarak
jauh ini yang bermodalkan kepercayaan. Dari awal sampai akhir, apakah hubungan
ini pantas dikatkan pacaran sedangkan aku dan Dhyka hanya bertemu 2 kali selama
pacaran 6 bulan. Tidak ada hubungan seperti ini, ini mungkin sangat menyakitkan
dan lucu jika dibayangkan. Apakah ada orang yang pacaran selama 6 bulan tapi
baru 2 kali bertemu?