Rasulullah Nabi Muhammad saw
Muhammad bin Abdullāh (Arab: محمد بن عبد
الله; Transliterasi: Muḥammad; dieja [mʊħɑmmæd] (
dengarkan); (ca.
570/571 Mekkah[مَكَةَ
]/[ مَكَهْ ] – 8 Juni, 632 Medina),
adalah pembawa ajaran Islam,
dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir. Menurut sirah (biografi) yang tercatat
tentang Muhammad, ia disebutkan lahir sekitar 20 April 570/ 571, di Mekkah (Makkah)
dan wafat pada 8
Juni 632 di Madinah pada usia
63 tahun. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi
saat ini). Beliau haram digambarkan dalam bentuk patung ataupun gambar
ilustrasi.

Michael
H. Hart dalam bukunya The 100 menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh
sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang
yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun
kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang
awalnya egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen
kesukuan, menjadi bangsa yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan
kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat
itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia di dalam pertempuran.
Etimologi
"Muhammad"
secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa
Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat Al-Qur'an,
Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد),
yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa
kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku
terbesar di mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amin
yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq
yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya
memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), kemudian
menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam (صلى الله عليه و سلم,
yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan
kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW")
setelah namanya.
Muhammad
juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang
berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki
yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.
Genealogi
Silsilah
Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay
bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah
bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin
Nizar bin Ma`ad bin Adnan.
Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail
bin Ibrahim,
yaitu keturunan Sam
bin Nuh.
Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal
sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap
silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay
bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy)
bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam bin Nahur bin Tayrah bin
Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad
bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh
bin Akhnukh
bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish
bin Syits
bin Adam.
Nasab ini
disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di salah satu
riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan
setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Yang dimaksud Quraisy adalah putra
Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah
Riwayat
Kelahiran
Para penulis
sirah (biografi)
Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun Gajah,
yaitu tahun 570 M,
yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad lahir di kota
Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan
daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun
ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah,
meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah, yang
ketika itu bernama Yastrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia
meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak
perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat
Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (sekarang
Madinah) untuk
mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan
pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak
tidak jauh dari Yatsrib,
dan dikuburkan di sana.
Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal,
ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala
kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke
negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan Palestina).
Hampir semua
ahli hadits dan
sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal,
kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai
dengan arahan para Imam
yang merupakan keturunan langsung Muhammad, meyakini bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal;
sedangkan kalangan Sunni
percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal (2 Agustus 570 M).
Berkenalan dengan Khadijah
Ketika
Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia
mulai mempelajari ilmu
bela diri
dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang ke arah
Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat dipercaya menyebar
luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya sebagai agen penjual perantara
barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah
seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang bersifat jujur dan
dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia
adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab.
Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke berbagai
pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat Khadijah
memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah, Muhammad dijanjikan
olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan ketika
sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang yang lebih dari biasanya.
Seiring
waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah, mereka menikah pada
saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah telah berusia mendekati umur
40 tahun, namun ia masih memiliki kecantikan yang dapat menawan Muhammad.
Perbedaan umur yang jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak
menjadi halangan bagi mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya yang lebih
menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang janda. Meskipun
kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup sebagai orang yang sederhana,
ia lebih memilih untuk menggunakan hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh gelar
Ketika
Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah.
Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak
meletakkan Hajar Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah
tersebut dan memberikan penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan
suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya,
hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya
"orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan
pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup
dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh dan sombong
yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda
tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha
menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya di
kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain,
sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang
benar".
Kerasulan
Gua Hira
tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu.
Muhammad
dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan
dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira'
sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang
kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur (merenung) dan mencari
ketenangan dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab
pada zaman tersebut yang senang bergerombol. Dari sini, ia sering berpikir
dengan mendalam, dan memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan
kebodohan.
Muhammad
pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal 17 Ramadhan/ 6
Agustus 611 M, diriwayatkan Malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari
Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Muhammad
diperintahkan untuk membaca ayat yang telah disampaikan kepadanya, namun ia mengelak dengan
berkata ia tak bisa membaca. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad
membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan
perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(Al-Alaq
96: 1-5)
|
Muhammad
berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus
pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun kamariah
(penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut
perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan
berdasarkan matahari). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, Muhammad kembali
ke rumahnya, diriwayatkan ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara
bergantian akibat peristiwa yang baru saja dialaminya dan meminta istrinya agar
memberinya selimut.
Diriwayatkan
pula untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad
mendatangi saudara sepupunya yang juga seorang Nasrani yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui
nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi.
Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah
dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs
al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan
bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Muhammad
menerima ayat-ayat Quran secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun.
Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang sedang terjadi,
sehingga hampir setiap ayat Quran turun disertai oleh Asbabun
Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari penurunan ayat). Ayat-ayat yang turun
sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama Al Mushaf yang juga
dinamakan Al-
Qurʾān (bacaan).
Sebagian
ayat Quran mempunyai tafsir atau pengertian yang izhar (jelas), terutama ayat-ayat
mengenai hukum
Islam, hukum perdagangan, hukum pernikahan dan landasan peraturan yang
ditetapkan oleh Islam dalam aspek lain. Sedangkan sebagian ayat lain yang
diturunkan pada Muhammad bersifat samar pengertiannya, dalam artian perlu ada
interpretasi dan pengkajian lebih mendalam untuk memastikan makna yang
terkandung di dalamnya, dalam hal ini kebanyakan Muhammad memberi contoh
langsung penerapan ayat-ayat tersebut dalam interaksi sosial dan religiusnya sehari-hari,
sehingga para pengikutnya mengikutinya sebagai contoh dan standar dalam
berperilaku dan bertata krama dalam kehidupan bermasyarakat.
Mendapatkan pengikut
Selama tiga
tahun pertama sejak pengangkatannya sebagai rasul, Muhammad hanya menyebarkan
Islam secara terbatas di kalanganteman-teman dekat dan kerabatnya, hal ini
untuk mencegah timbulnya reaksi akut dan masif dari kalangan bangsa Arab saat
itu yang sudah sangat terasimilasi budayanya dengan tindakan-tindakan amoral,
yang dalam konteks ini bertentangan dengan apa yang akan dibawa dan ditawarkan
oleh Muhammad. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad
pada masa-masa awal adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat
awam yang dekat dengannya di kehidupan sehari-hari, antara lain Khadijah, Ali, Zaid
bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan
secara terbuka agama Islam.
Setelah sekian lama banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman
bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail yang
kemudian masuk ke agama yang dibawa Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu
disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun atau Yang pertama-tama.
Penyebaran Islam
Sekitar
tahun 613 M, tiga tahun setelah Islam disebarkan secara diam-diam, Muhammad
mulai melakukan penyebaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Mekkah,
respon yang ia terima sangat keras dan masif, ini disebabkan karena ajaran
Islam yang dibawa olehnya bertentangan dengan apa yang sudah menjadi budaya dan
pola pikir masyarakat Mekkah saat itu. Pemimpin Mekkah Abu Jahal
menyatakan bahwa Muhammad adalah orang gila yang akan merusak tatanan hidup
orang Mekkah, akibat penolakan keras yang datang dari masyarakat jahiliyyah di
Mekkah dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin Quraisy yang
menentangnya, Muhammad dan banyak pemeluk Islam awal disiksa, dianiaya, dihina,
disingkirkan dan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Mekkah.
Walau
mendapat perlakuan tersebut, ia tetap mendapatkan pengikut dalam jumlah besar,
para pengikutnya ini kemudian menyebarkan ajarannya melalui perdagangan ke
negeri Syam, Persia, dan kawasan
jazirah Arab. Setelah itu, banyak orang yang penasaran dan tertarik kemudian
datang ke Mekkah dan Madinah untuk mendengar langsung dari Muhammad, penampilan
dan kepribadiannya yang sudah terkenal baik memudahkannya untuk mendapat
simpati dan dukungan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini menjadi semakin
mudah ketika Umar bin Khattab dan sejumlah besar tokoh petinggi
suku Quraisy lainnya memutuskan untuk memeluk ajaran islam, meskipun banyak
juga yang menjadi antipati mengingat saat itu sentimen kesukuan sangat besar di
Mekkah dan Medinah. Tercatat pula Muhammad mendapatkan banyak pengikut dari
negeri Farsi (sekarang Iran),
salah satu yang tercatat adalah Salman
al-Farisi, seorang ilmuwan asal Persia yang kemudian menjadi sahabat
Muhammad.
Penyiksaan
yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama periode ini mendorong lahirnya
gagasan untuk berhijrah
(pindah) ke Habsyah
(sekarang Ethiophia). Negus atau raja
Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi
mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib,
kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Masyarakat
Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekkah untuk
beziarah ke Bait Allah atau Ka'bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan
dalam kunjungan tersebut. Muhammad melihat ini sebagai peluang untuk
menyebarluaskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya
ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang yang
telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi.
Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk
Islam dan Muhammad dari kekejaman penduduk Mekkah.
Tahun
berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yatsrib datang lagi ke Mekkah,
mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul
Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam
pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah
ke Yastrib dikarenakan situasi di Mekkah yang tidak kondusif bagi keamanan para
pemeluk Islam. Muhammad akhirnya menerima ajakan tersebut dan memutuskan
berhijrah ke Yastrib PADA TAHUN 622 M.
Masjid
Nabawi, berlokasi di Madinah, Arab Saudi.
Mengetahui
bahwa banyak pemeluk Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah
Mekkah berusaha mengcegahnya, mereka beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah
ke Yastrib, Muhammad akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama Islam ke
daerah-daerah yang jauh lebih luas. Setelah selama kurang lebih dua bulan ia
dan pemeluk Islam terlibat dalam peperangan dan serangkaian perjanjian,
akhirnya masyarakat Muslim pindah dari Mekkah ke Yastrib, yang kemudian setelah
kedatangan rombongan dari Makkah pada tahun 622 dikenal sebagai Madinah atau Madinatun
Nabi (kota Nabi).
Di Madinah,
pemerintahan (kekhalifahan)
Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan
bermasyarakat di Madinah, begitupun kaum minoritas Kristen dan Yahudi. Dalam
periode setelah hijrah ke Madinah, Muhammad sering mendapat serangkaian
serangan, teror, ancaman pembunuhan dan peperangan yang ia terima dari penguasa
Mekkah, akan tetapi semuanya dapat teratasi lebih mudah dengan umat Islam yang
saat itu telah bersatu di Madinah.
Penaklukan Mekkah
Tahun 629 M,
tahun ke-8 H setelah hijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah
dengan membawa pasukan Muslim sebanyak 10.000 orang, saat itu ia bermaksud
untuk menaklukkan kota Mekkah dan menyatukan para penduduk kota Mekkah dan
madinah. Penguasa Mekkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian
setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat kota
Mekkah akan diserahkan tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika
pada tahun berikutnya ketika ia kembali, ia telah berhasil mempersatukan Mekkah
dan Madinah, dan lebih luas lagi ia saat itu telah berhasil menyebarluaskan
Islam ke seluruh Jazirah Arab.
Muhammad
memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada
di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan
peraturan Islam di kota Mekkah.
Mukjizat
Seperti nabi dan rasul sebelumnya,
Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi,
seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci agama
samawi, dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa di dalam kandungan, masa
kecil dan remaja. Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama
kenabiannya.
Umat Muslim
meyakini bahwa Mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an,
yaitu kitab suci umat Islam. Hal ini disebabkan karena kebudayaan Arab pada
masa itu yang masih barbar dan tidak mengenal peradaban, namun oleh Al-Qur'an
hal itu berubah total karena Qur'an membawa banyak peraturan keras yang
menegakkan dasar-dasar nilai budaya baru di dunia Arab yang sebelumnya tidak
berperadaban serta mengeliminasi akar-akar kejahatan sosial yang mengakar di
dunia Arab, serta pada masa yang lebih dekat mengantarkan pemeluknya meraih
tingkat perabadan tertinggi di dunia pada masanya.
Mukjizat
lain yang tercatat dan diyakini secara luas oleh umat Islam adalah terbelahnya
bulan, perjalanan Isra dan Mi'raj dari Madinah menuju Yerusalem
dalam waktu yang sangat singkat. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah
kecerdasan serta kepribadiannya yang banyak dipuji serta masih menjadi panutan
para pemeluk Islam hingga saat ini.
Fisik dan ciri-ciri Muhammad
Sosok
Muhammad digambarkan oleh salah satu istinya Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang
terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara
langsung, yaitu Abu Taufik adalah rambut ikal
berwarna sedikit kemerahan
terurai hingga bahu. Kulit putih kemerah-merahan, wajah cenderung bulat dengan
mata hitam dan bulu mata panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang
sekepalan telapak tangannya. Tulang kepala besar dan bahu lebar. Berperawakan
sedang dan atletis. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.
Langkahnya
cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kaki dan dengan
langkah yang cepat dan pasti. Muhammad dicirikan sangat unik oleh para
sahabatnya
Muhammad
digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban.
Dalam hadits
lain diterangkan mengenai corak fisik Muhammad, yaitu ia bertubuh sedang,
kulitnya berwarna cerah tidak terlalu putih dan tidak pula hitam. Rambutnya
berombak. Ketika Muhammad wafat uban yang tumbuh di rambut dan janggutnya masih
sedikit.
Ali
menambahkan bahwa Muhammad memiliki rambut lurus sedikit berombak. Tidak gemuk
dan tidak terlalu besar, berperawak baik dan tegak. Warna kulit cerah, matanya
hitam dengan bulu mata yang panjang. Persendian tulang yang kuat dada, tangan
dan kakinya kekar. Tidak memiliki bulu yang tebal tetapi hanya tipis dari dada
sampai pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang, maka ia akan menghadapkan
wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian. Di antara bahunya ada tanda
kenabian. Muhammad orang yang baik hatinya dan paling jujur, orang yang paling
dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa saja yang mendekati dan bergaul
dengannya maka akan langsung merasa terhormat, khidmat, menghargai dan
mencintainya
Hidungnya
agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol
jika pertama kali melihatnya padahal sebenarnya tidak. Berjanggut tipis tapi
penuh rata sampai pipi. Mulutnya sedang, giginya putih cemerlang dan agak
renggang. Pundaknya bagus dan kokoh, seperti dicor perak. Anggota tubuh lainnya
normal dan proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang dengan ukurannya. Tulang
belikatnya cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup bulu lebat,
bersih dan bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari dada hingga pusar.
Lengan dan
dada bagian atas berbulu. Pergelangan tangannya cukup panjang, telapak tangannya
agak lebar serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari tangan dan kaki cukup
langsing. Jika berjalan agak condong kedepan melangkah dengan anggun serta
berjalan dengan cepat dan sering melihat kebawah dari pada keatas. Jika
berhadapan dengan orang maka ia memandang orang itu dengan penuh perhatian dan
tidak pernah melototi seseorang dan pandangannya menyejukkan. Selalu berjalan
agak dibelakang, terutama jika saat melakukan perjalanan jarak jauh dan ia
selalu menyapa orang lain terlebih dahulu.
Dari kisah Jabir bin Samurah
meriwayatkan bahwa Muhammad memiliki mulut yang agak lebar, di matanya terlihat
juga garis-garis merahnya, serta tumitnya langsing. Jabir (ra) juga
meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat Muhammad di bawah sinar rembulan,
ia juga memperhatikan pula rembulan tersebut, baginya Muhammad lebih indah dari
rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah
berkata, bahwa rona Muhammad lebih mirip purnama yang cerah.
Abu
Hurairah mengatakan bahwa Muhammad sangatlah rupawan, seperti dibentuk dari
perak. Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang
yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona mukanya secemerlang
matahari dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolah-olah tanah
digulung oleh langkah-langkah Muhammad jika sedang berjalan. Dikatakan jika Abu
Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya Muhammad dan nampak ia
seperti berjalan santai saja.
Jabir bin Abdullah
mengatakan, Muhammad pernah bersabda bahwa ia pernah menyaksikan gambaran
tentang para nabi. Di antaranya adalah Musa berperawakan
langsing seperti orang-orang dari Suku Shannah, dan melihat Isa yang mirip salah
seorang sahabatnya yang bernama Urwah bin Mas’ud dan
ketika melihat Ibrahim
dikatakan sangat mirip dengan dirinya sendiri (Muhammad), kemudian Muhammad
juga mengatakan bahwa ia pernah melihat Malaikat Jibril yang mirip
dengan Dehya Kalbi.
Said al Jahiri mengatakan
bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata bahwa pada
saat ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah melihat secara
langsung Muhammad kecuali dirinya sendiri dan Muhammad memiliki roman muka
sangat cerah dan perawakanna sangat baik.
Ibnu Abbas
mengatakan bahwa gigi depan Muhammad agak renggang tidak terlalu rapat dan jika
bericara nampak putih berkilau.
Selama
hidupnya Muhammad menikah dengan 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan
pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang
berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.
Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,
sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib
pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal
Khadijah, Khawla binti Hakim
menyarankan kepadanyauntuk menikahi Sawda binti Zama (seorang
janda) atau Aisyah
(putri Abu
Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu
Muhammad tercatat menikahi beberapa orang wanita lagi hingga jumlah seluruhnya
sekitar 11 orang, dimana sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal
Muhammad.
Para ahli
sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat
bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik
(sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat
itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan
dengan perawan).
Dalam
mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk
menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia ,
sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing
seperti halnya Nabi Musa
yang hanya diutus untuk Bani Israil.
Sedangkan
kesamaan ajaran yang dibawa Muhammad dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah
sama-sama mengajarkan keesaan Tuhan, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak
disembah hanyalah Allah