DIBALIK ANGKA 31
Sore itu,
keadaan kotaku sedang hujan deras, tak ada satupun telihat orang berani keluar
dan memperlihatkan batang hidungnya sedikitpun. Tak lain denganku, di dalam
kamar yang tidak begitu kecil, aku merenung sendiri, memikirkan bagaimana harus
aku sampaikan berita yang begitu mengejutkan bagiku, apalagi untuk ayahku.
Berita
yang harus aku sampaikan, walaupun sebenarnya aku tak tega menyampaikan hal itu
pada beliau.
Kemarin
aku baru saja menerima rapor dari sekolahku. Tapi ayahku tak sempat hadir
karena sesuatu hal yang memang lebih penting harus beliau hadiri daripada harus
menghadiri penerimaan raporku. Aku sedih pada saat aku tahu, ayah tak bisa
hadir pada saat itu.
***
Di depan
kelasku masing-masing, semua siswa berdiri dan semua orang tua/wali berada di
dalam kelas masing-masing anak yang akan mereka ambil rapornya, aku berada
diantara banayk siswa yang berjejer di luar dengan keadaan dan perasaan yang
bercampur aduk menjadi satu, perasaan penasaran dan juga perasaaan deg-deggan.
Satu per
satu siswa dipanggil untukmenerima rapor didampingi oleh ayah atau ibu tau wali
mereka, aku semakin deg-degan ketika nama aku tak kunjung disebutkan, yah
hampir dari ⅞ siswa dikelasku telah disebut namanya. Namaku tak kunjung juga dipanggil.
***
Dada ini
sesak tak karuan dan pikiranku pun kemana-kemana dan banyak pertanyaan yang
merasuki kepalaku “apakan aku tak anik kelas? Tapi apakah aku sebodoh itu
sampai tak naik kelas??” belum lagi “ataukah aku akan mendapat peringkat yang
paling terakhir??” yah itu adalah kemungkinan yang tak mustahil, karena di
dalam sekolah bahkan dalam kelasku banyak sekali siswa-siswi yang terkenal
berpresatsi dan itu tidak termasuk aku.
***
Sebenarnya
aku adalah murid baru yang baru pertama kali ini menerima rapor di sekolah ini,
sebenarnya inio bukan pembelaan dan pembenaran untuk rangkinku yang mungkin
akan menurun dari sekolah lama ku, tapi hal ini harus kalian tahu agar dapat
memberiku sedikit motivator untuk mejadi lebih baik danmemperbaiki rangkinku nanti.
***
Akhirnya
namaku disebut juga, detik-detik yang dari tadi aku tunggu itupun datang, aku
sangat takut, galau dan tak tahu lagi harus berkata apa, tapi memang tak ada
yang dapat aku samapaikan disini. Aku melangkah pelan dan kaki ini terasa
sangat sulit untuk kau angkat, seperti ada yang menahan dan melarang aku masuk
ke dalam ruangan dan mendektai Guru wali kelasku, kali tahu ini pertama kalinya
aku merasakan hal ini, pada hal aku sudah bersekolah 11 tahun, dan menerima
rapor 22 kali, dan pertama kalinya perasaanku tak karuan, keringat dinginku
keluar dari tiap pori-pori kulitku dan kalian tahu, aku dipanggil pada urutan
31, dan kalian tahu itu berarti aku mendapat peringkat 31. Setelah aku tahu aku
mendapat peringkat ke31, perasaan kecewa yang aku rasakan pada ayahku yang
tidak datang untuk menghadiri penerimaan rapor ini, berubah menjadi perasaan
bersyukur, bukan karena aku mendapatkan peringkat yang begitu sangat
siknifikan, tak pernah ku bayangkan, tak perbah sedikitpun terlintas dibenakku.
Tapi aku bersyukur karena ayahku tidak usah mengusahakan kehadirannya untuk
hadir di sekolah hanya untuk melihat dan mendapati peringkat yang bisa dibilang
sangat memalukan diriku dan juga diri beliau.
***
Saat
memasuki kelas aku hanya bisa berkata pada guru wali kelasku “ayah tidak bisa
datang karena beliau juga menghadiri acara penerimaan rapor siswa-siswanya di
sekolahnya”
Dan
kalian tahu guruku berkata “ini Saskia ini, masih murid baru ayahnya sudah tidak datang, nanti
kalau sudah mauk sekolah lagi, suruh ayahnya datang yah!!!” perintah ibu guru
***
Tetesan
air yang mengalir tak tertahankan lagi, gerakan tetesan air itu sangat refleks,
bahkan aku pun tak dapat menahan tetesan ini keluar dari pelupuk mataku
sendiri, yang semakin detik terlewatkan, tetesan ini juga semakin deras.
Hidungku memerah, dibawah kelopak mataku lebam karena tangisan yang begitu
mendlam dan sangat menyedihkan. Mungkin kalian fikir, aku begitu cengeng, hanay
menangiskan rangkin 31. Tapi ini bukan hanya sebuah rangking yang aku raih,
yang sangat jelek, tapi ini sebuah tangisan penyesalan kenapa aku bisa begitu
jatuh terpelosok ke dalam jurang begitu dalam dan akhirnya mendapatkan
peringkat ini.
Dalam
tetesan air mata yang mengalir begitu derasnya bahkan aku pun tak dapat
menahannya agar tidak keluar lagi membasahi pipi dan semakin banyak lagi
orang-orang disekelilingku yang memperhatikan air mata ini jatuh.
Aku
berfikir apakah aku memang sebodoh itu, maka aku pantas mendapatkan rangking
yang begitu sangat tidak aku harapakan.
Aku
membayangkan apa nanti kata ayah dan ibu serta saudara-saudaraku ketika mereka
tahu aku seperti ini, takdapat aku bayangkan bagaimana reaksi mereka. Apakah
mereka akan menertawakanku, mendiamiku, memarahiku atau.
Tidak......
Aku
harap mereka tidak akan berkata seperti itu padaku, aku berharap mereka akn
memaklumiku dan memberiku semangat untuk menjadi lebih baik lagi dari yang
sekarang aku raih ini.
Dalam
suasana hati yang sanagt galau ini, aku kembali ke rumah dengan langkah yang
sanagat berat seprti terbebani sesuatu, hatiku hancur.
Aku
mebyangkan masa-masa aku duduk dibangku SD samapai SMA kelas 2 semester 1.
Saat
penerimaan rapor pertama aku di SD, aku memang tidak mendapatkan peringkat,
tapi semua sama halnya dengan diriku. Pada hari-hari dimana aku menerima rapor kembali
untuk melanjutkan cawu atau semester berikutnya atau penaikan kelas, pasti aku
mendapatkan peringkat dan masuk 5 besar, itu adalah suatu kebanggaan
tersendiriku selama SD, tapi masa yang seperti sekrang ini juga pernah aku
lewatkan, hatiku juga hancur ketika pada klas 3 SD aku mendapat peringkat 7, aku merasa sangat
kecewa dan ingin meluapkan kekecewaanku dengan berteriak dan aku bertekad untuk
memp[erbaiki semuaya dan menggantinya dengan sesuatu yang leboh baik. Waktu
itu, aku masih duduk dibangku kelas 3 Sd dan rasa kekecewaanku, saat tak masuk
5 besar begitu sangat besar. Dan saat itu aku berjanji untuk tidak mendapat
peringkat seperti itu lagi, dan aku harus masuk 5 besar lagi, dan tak kusangka
semester berikutnya mendapat peringkat 2 dan aku sangat bersyukur.
Tidak
jauh berbeda dengan semasa SD ku, SMP ku pun seperti itu, tapi masa yang
sewaktu aku drop karena tak mendapatiku masuk 5 besar iotu tak ada, karena aku
selalu masuk 5 besar dalam tiga tahun itu. Ini bukan sombong tapi ini hanya
sedikit pembelaanku.
Waktu SMA
yang lama ku aku mendapatkan peringkat pertama dalam satu tahun itu pada waktu
kela 1. Tapi masa-masa yang sekarang menderaku pernah terjadi pula, tapihal itu
tidak begitu berat karena aku peringkat 6, dan aku akan meninggalkan sekolah
itu.
Tapi saat
ini begitu sanagat hancur dan sangat menghancurjan hatiku.
Tapi
sudahlah semuanya ini telah menjadi bubur dan tak dapat lagi berubah menjadi
nasi. Disini aku hanay bisa memperbaiki ini semua dengan menjadikan bubur tadi
menjadi bubur ayam agar lebih enak untuk dimakan, sama halnya dnegan peringkat
yang aku dapatkan saat ini, aku hanya bisa memperbaiki semua nilai dan cara
belajarku harus dirubah menjdai lebih baik agar kualitas dan kuantitas yang
nantinya akan kau peroleh lebih baik dari yang sekarang.
Aku tak
perlu lagi melihat hari-hari yang kemarin yang telah terlewatkan, tapi aku
harus melihat kedepan dan memperbaiki segala kesalahan yang aku lakukan di
tahun yang lalu, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik bahkan detak yang
lalu harus aku perbaiki menjadi lebih baik dan mengambil segala pelajaran dan
hikmah dibalik smeua kejadian yang menimpaku ini.
Ada
temanku yang berkata padaku dan ini sangat membuat aku bisa menjadi tenang
kembali “kamu tidak usah bersedigh begitu, anggap saja ini cobaan untuk menjadi
lebih baik, dan mungkin saja Allah sedang mencuci nilai-nilai kamu dan tidak
selamanyakan kamu kan diatas terus, dunia dan hidup ini berputar, dan
biarkanlah hal ini terjadi, sekali-kali kamu juga harus mearasakan perassaan
mereka yang ada di bawah.”
Itu
adalha pesan dari temanku, dia adalah peringkat pertama di sekolah ku dan dia
pernahjuga merasakan peringkat terskhir di kelasnya. Dan kata-kata yang tadi
dia sampaikan padaku, dia dapt dari orang yang pernah merasakan hal yang sama
dengan aku saaat ini.
Mudah-mudahan
kejadian ini menjadika aku lebih baik dan rajin belajar. AMIN